Sabtu, 12 November 2011

Euforia Sea Games Dongkrak Ekonomi

Sea Games juga menjadi momentum terbaik untuk mempromosikan Indonesia ke tingkat Asia Tenggara. Indonesia dalam hal ini harus menunjukkan performa terbaik sebagai tuan rumah.

Tak hanya itu, perekonomian Indoensia diharapkan juga semakin maju dalam event bergengsi tersebut.
“Semua mata tentu akan menuju ke Indonesia. Karena Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Sea Games. Tentunya, saya berharap ekonomi dapat ikut menanjak di event ini.

Berbagai pernak-pernik Sea Games, mulai dari boneka Modo-Modi, gelas Sea Games, hingga t-shirt menjadi salah satu daya tarik ekonomi bagi para supporter dan tamu dari berbagai negara nanti.

Mengontrol Pengeluaran dengan cara menentukan kepentingan


 Tentukan target

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan target, misalnya memiliki rumah baru, pensiun dini, atau mempersiapkan biaya pendidikan.
Anda dapat mengelompokkan target Anda dalam tiga kategori: target keuangan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Tanyakan pada diri Anda: Hal apa yang penting bagi saya? Apa yang saya butuhkan? Apa yang saya inginkan? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu Anda menentukan target Anda. Jika Anda sudah menikah, Anda dan pasangan Anda harus membicarakan jawaban-jawaban ini untuk memutuskan target bersama.


TIPS :

Menentukan Target

Tulislah target Anda. Jika Anda sudah tahu apa yang diinginkan, Anda bisa mulai membuat anggaran.

1. Target jangka pendek:
  Adalah target yang ingin Anda capai dalam waktu kurang lebih satu tahun ke depan, misalnya melunasi tagihan kartu kredit, membeli televisi atau kulkas, atau menabung untuk liburan.
2. Target jangka menengah:
  Adalah target yang ingin Anda capai dalam waktu dua atau lima tahun ke depan, misalnya membayar uang muka pembelian rumah.
3. Target jangka panjang:
  Adalah target yang ingin Anda capai dalam waktu lebih dari lima tahun
ke depan, misalnya tabungan pensiun dan biaya kuliah.

Membudayakan Membaca



Kita semua tentu sangat familiar dengan pribahasa “Buku adalah jendela dunia”, sebuah peribahasa yang mencoba mendobrak budaya malas membaca. Padahal jika kita cermat dan mau membunuh rasa malas tersebut, ada banyak tumpukan buku di perpustakaan yang dapat dibaca secara cuma-cuma, terlebih kini telah ada perpustakaan keliling sebagai alternatif lain. Dapat kita pahami, bahwanya masyarakat belum mengerti akan esensi membaca. Padahal dengan membaca kita akan menjadi manusia yang tahu dan bukan menjadi manusia yang sok tahu.
Membaca buku adalah pelatihan diri yang hebat, penuh dengan teknik yang bermanfaat dan sumber inspirasi untuk meraih kehidupan yang kita inginkan. Cobalah untuk tidak hanya membaca tapi juga mempelajari dengan seksama. Kaji lah setiap buku yang kita baca, pelajari konsep-konsep yang terkandung didalamnya kemudian berusahalah untuk mengaplikasikannya dalam setiap aspek kehidupan kita, telebih saat ini telah banyak buku sangat relevan dengan tujuan hidup manusia. Dengan begitu kita akan menemukan sinergi antara nilai buku yang kita baca dengan kualitas kehidupan kita. Kita akan merasakan kenikmatan seni membaca dan ini akan menjadikan membaca sebagai sebuah kebiasaan yang akan membuat kita merasa ketergantungan akan membaca. Kebiasaan yang sangat menguntungkan dan mendatangkan banyak manfaat.

Ada beberapa cara untuk menemukan inti dari apa yang kita baca sehingga kita mendapatkan manfaat membaca, yaitu :
1. Membaca dan mengkaji secara individual. Maksudnya cobalah mensisihkan waktu untuk membaca, memahami konsep-konsep yang terkandung didalamnya dan coba komentari lalu coba aplikasikan dalam kehidupan nyata.
2. Membaca dan mengkaji secara kolektif, hal ini bisa kita lakukan bersama rekan/teman. mendiskusikan nilai-nilai yang terkandung didalam buku yang kita baca dengan tidak memasung analisa masing-masing individu, karena dengan begitu pesan yang disampaikan penulis dalam bukua

Fotokopi Ramah Lingkungan

 

Seperti yang kita ketahui isu global warming saat ini sedang gencar-gencarnya dikampanyekan diseluruh dunia, tidak ketinggalan juga di Indonesia yang lazim dikenal dengan nama Pemanasan Global. Sebagai seorang mahasiswa/i sebaiknya kita turut mencegah global warming semakin parah. Banyak hal-hal kecil yang bisa kita lakukan namun berdampak besar bagi bumi kita tercinta :)  Misalnya saja , membuang sampah pada tempatnya, membawa tas kain sendiri saat berbelanja sehingga kita tidak menggunakan plastik, dan yang sangat dekat dengan kegiatan mahasiswa/i sehari-hari “fotokopi yang ramah lingkungan”
Kegiatan belajar mahasiswa/i tidak luput dari kegiatan fotokopi. Bahkan, karena malas mencatat kita cenderung memfotokopi materi pelajaran yang hanya dua/tiga lembar. Dengan begitu semakin banyak pula kertas yang dikeluarkan, makanya sebaiknya kita sebagai pengguna lebih menghemat dalam penggunaan kertas. Misalnya, bila yang difotokopi hanya sedikit sebaiknya salinlah kedalam catatan dengan begitu kita dapat menghemat penggunaan kertas :)
Selain kita, Industri fotokopi-pun bersemangat menciptakan mesin fotokopi yang ramah lingkungan. Salah satunya Xerox telah mengeluarkan produk canggih ramah lingkungan, yang disebut Erasable Paper. Produk ini adalah kertas yang dapat menghapus sendiri tulisan yang tertera padanya dalam waktu 24 jam. Karena tulisannya hanya berlaku 24 jam, maka kita harus memilih, dokumen mana yang bisa dicetak pada kertas khusus ini.
Toshiba tak mau ketinggalan. Kini, perusahaan asal Jepang tersebut mengumumkan produk mesin fotokopi yang ramah lingkungan. Mesin ini bisa menghapus tulisan yang ada di kertas, sehingga kertasnya dapat kita gunakan kembali. Mesin fotokopi ini menggunakan tinta (toner) khusus yang bila terkena panas, hasil cetakan akan hilang tanpa bekas.
Untuk membuat tulisan hilang dari kertas, mesin ini membutuhkan alat khusus yang dapat menghasilkan panas dan membuat cetakan hilang. Jadi berbeda dengan Xerox, yang menerapkan inovasi pada kertasnya, produk Toshiba ini berinovasi pada mesin, sedangkan kertas yang digunakan adalah kertas biasa. Kertas ini dapat kita gunakan kembali hungga 5 kali.
Untuk soal harga, Toshiba memang mematok harga lebih mahal sekitar 20–30% dibandingkan mesin fotokopi biasa. Namun jika Anda peduli lingkungan, sebaiknya Anda membeli produk bagus ini meski harus merogoh kocek lebih dalam. Karena menghemat kertas kan sama dengan menyelamatkan hutan. :)

http://www.ciputraentrepreneurship.com/teknologi/5907-mesin-fotokopi-ramah-lingkungan-dari-toshiba.html

Pengaruh Iklan Televisi


Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Hanya dalam beberapa tahun muncul lima stasiun swasta RCTI, SCTV, TPI, AN TV, dan INDOSIAR. Ke lima stasiun swasta ini saling bersaing membuat sajian informasi, hiburan dan pendidikan. Tentu saja perkembangan seperti itu tidak dapat dilepaskan dari dukungan dana yang besar. Dan sumber terbesar untuk mendapatkan dana ini, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan. Apalagi dengan munculnya televisi swasta, dipastikan jumlah iklan yang beredar akan sangat besar karena memang dibutuhkan oleh pengelola media massa, seperti televisi. Akibatnya, televisi ibarat pasar bebas hasil produk yang ditawarkan langsung kepada masyarakat. 

Untuk kebanyakan masyarakat tradisional Indonesia yang juga lebih banyak tinggal di daerah pedesaan, bisa berdampak secara negatif atas informasi melalui iklan ini. Mereka akan menuntut dan membebani diri mereka sendiri untuk memenuhi dan menggunakan hasil informasi produk iklan yang mereka terima tanpa melihat kemampuan yang semestinya. Mereka berbondong-bondong ke kota hanya menghabiskan persediaan uangnya karena kepuasan membeli barang yang sesuai iklan televisi dan kemudian memamerkan ke tetangga dan masyarakat mereka dan akhirnya mereka akan kebingungan karena anggran rumah tangganya yang defisit dan tidak jelasnya kegunaan barang yang mereka punyai tadi.

Berwirausaha

Berwirausaha menjadi pilihan hidup banyak orang akhir-akhir ini. Tanpa peduli usia, tua muda semua bisa menjadi wirausaha yang sukses dan mandiri. Banyak wirausaha yang meniti usaha di usia muda dan langsung meraih sukses. Ada juga yang memulainya saat sudah pensiun atau berusia matang dan juga mampu mendapatkan sukses besar. Ada lagi yang mengawalinya sebagai bisnis sampingan, kemudian sejalan dengan meroketnya bisnisnya mereka menjalaninya secara penuh sebagai wirausaha yang mandiri.
Ya, memang menjadi wirausaha memang menjanjikan banyak hal. Kekayaan dan kebebasan adalah segelintir nikmat menjadi wirausaha. Di luar itu, banyak nikmat lain yang bisa dicapai oleh wirausaha.
Berikut 10 kenikmatan menjadi wirausaha yang mandiri.
  1. Kerja keras. Kerja keras itu nikmat. Seperti saat anda sehabis berolahraga dan merasakan cucuran keringat membasahi badan, seperti itu kenikmatan yang anda rasakan dengan menjadi wirausaha mandiri. Hasil yang anda dapat merupakan buah dari keringat tangan sendiri.
  2. Atur waktu. Waktu merupakan aset penting bagi wirausahawan. Oleh karena itu, pengelolaan waktu yang baik sangat vital bagi wirausahawan. Sebagai wirausaha, anda harus mampu secara mandiri mengatur waktu untuk menjalankan jadwal-jadwal bisnis anda. Keleluasaan mengatur waktu itu bukan sekedar kebebasan menjalani hidup, tapi lebih dari itu merupakan kemerdekaan anda sebagai wirausahawan.
  3. Atur strategi. Seperti pemain catur yang menyiapkan bidak-bidaknya untuk dimainkan, begitupun dengan pengusaha, mereka mesti atur strategi bisnis untuk melakukan ini-itu agar bisnisnya bertambah menjulang. Rencana dan eksekusi pun dijalankan. Sebagai pengatur strategi, anda bisa menikmati bagaimana momen-momen menegangkan dan mengharukan saat ACTION-ACTION yang anda lakukan mulai mendatangkan hasil.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data bisa dibedakan dengan beberapa hal, seperti:

  1. Berdasarkan Setting (Setting Alamiah, Labortorium dengan melalui eksperimen, di rumah dengan mewawancarai responden, seminar, dan lain-lain)
  2. Berdasarkan sumber data: (Sumber Primer : Sumber yang langsung memberikan data dan Sumber Sekunder : Sumber yang tidak langsung memberikan data).
  3. Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data dibagi lagi menjadi: Observasi, Wawancara, Dokumentasi dan Triangulasi/Gabungan

Pengumpulan Data dengan Observasi
1) Macam-macam Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Marshall dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2006) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructed observation). Selanjutnya Spradley, dalam Susan Stainback (1988) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation.
 
a) Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

Susan Stainback dalam Sugiyono (2006) menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listent to what they say, and participates in their activities” Dalam obeservasi paarticipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.

Observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap.

  • Partisipasi pasif : peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
  • Partisipasi moderat : terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar.
  • Partisipasi aktif : peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
  • Partisipasi lengkap : peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data.
b) Observasi terus terang atau tersamar
Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
 
c) Observasi tak terstruktur
Observasi tidak terstuktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti akan melakukan penelitian pada suku terasing yang belum dikenalnya, maka peneliti akan melakukan observasi tidak terstruktur.
 
2) Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution yang dikutip Sugiyono (2006), dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut.
a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial. Jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
b) Dengan observasi maka akan diperoleh pangalaman langsung sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengarugi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
c) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa’ dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
d) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan diungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
e) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
f) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana/ situasi sosial yang teliti.
 
3) Obyek Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), activities (aktivitas).
Place, atau tempat di mana interkasi dalam situasi sosial sedang berlangsung
Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu
Avtiviti, atau kegiatan yan dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.
 
4) Tahapan Observasi
Menurut Spradley dalam Sugiyono (2006) tahapan observasi ada tiga yaitu 1) observasi deskriptif 2) observasi terfokus 3) observasi terseleksi
 
a) Observasi deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian. Penelitian menghasilkan kesimpulan pertama. Peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.
 
b) Observasi terfokus
Peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus, peneliti selanjutnya menghasilkan kesimpulan-kesimpulan.
 
c) Observasi terseleksi
Peneliti telah menemukan karakteristik kontras-kontras atau perbedaan dan kesamaan antarkategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain.
 
b. Pengumpulan data dengan wawancara/interview
Esterberg dalam Sugiyono (2006) mendefinisikan interview sebagai berikut. ‘ a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses. Resulting in communication and joint construction of meaning abaut a particular topic”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Susan stainback dalam Sugiyono (2006) mengemukakan bahwa : interviewing provide the researcher a means to gain a deeper undersuntding of how the participant interpret a situation of phenomenon than can be gained through observationalon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Selanjutnya Esterberg dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “interviewing is at the heart of social researct. If you look through almost any sociological journal. You will find that much social research is based on interview, either standardized or more in-depth”. Interview merupakan hatinya penelitian sosial. Bila Anda lihat dalam ilmu sosial, maka akan Anda temui semua karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan di mana harus melakukan wawancara.

Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Oleh karena itu peneliti jangan memberi pertanyaan yang bias.
 
1) macam-macam interview/wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2006) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:
a) wawancara terstruktur
b) wawancara semiterstruktur
c) wawancara takberstruktur
 
2) langkah-langkah wawancara
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2006), mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
a) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c) Mengawali atau membuka alur wawancara
d) Melangsungkan alur wawancara
e) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
f) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
3) Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara

Patton dan Molleong dalam Sugiyono (2006) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan, yaitu:
a) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
b) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
c) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
d) Pertanyaan tentang pengetahuan
e) Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
f) Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi

Selanjutnya Guba dan Lincoln dalam Molleong dalam Sugiyono (2006) mengkalsifikasikan jenis-jenis pertanyaan untuk wawancara sebagai berikut:
a) Pertanyaan hipotesis
b) Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan informan diminta untuk memberikan respon
c) Pertanyaan yang menantang informan untuk memberikan hipotesis alternatif
d) Pertanyaan interpretatif
e) Pertanyaan yang memberikan saran
f) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan
g) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu argumentasi
h) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan
i) Pertanyaan untuk mengungkap sumber
j) Pertanyaan yang mengungkapkan kepercayaan terhadap sesuatu
k) Pertanyaan yang mengarahkan

Spradley dalam Sugiyono (2006) menggolongkan jenis-jenis pertanyaan menjadi tiga, yaitu: pertanyaan deskriptif, pertanyaan struktural, dan pertanyaan kontras.
 
4) Alat-alat wawancara
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, diperlukan alat-alat sebagai berikut:
a) buku catatan
b) tape recorder
c) camera
 
5) Mencatat hasil wawancara
Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa atau bahkan hilang


Studi Kepustakaan

 Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetakmaupunelektroniklain.

Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya. Dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.
Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat yang tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan (Roth 1986). Seorang peneliti hendaknya mengenal atau tidak merasa asing dilingkungan perpustakaan sebab dengan mengenal situasi perpustakaan, peneliti akan dengan mudah menemukan apa yang diperlukan. Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan peneliti mengetahui sumber-sumber informasi tersebut, misalnya kartu katalog, referensi umum dan khusus, buku-buku pedoman, buku petunjuk, laporan-laporan penelitian, tesis, disertasi, jurnal, ensiklopedi, dan surat kabar. Dengan demikian peneliti akan memperoleh informasi dan sumber yang tepat dalam waktu yang singkat.

Masalah penulisan dapat ditemukan dari beberapa sumber, yaitu dari pengalaman sendiri, dari teori-teori yang perlu diuji kebenarannya dan dari bahan¬bahan pustaka. Setelah masalah penelitian ditemukan, seorang peneliti perlu melakukan suatu kegiatan yang menyangkut pengkajian bahan-bahan tertulis yang merupakan sumber acuan untuk penelitiannya. Kegiatan ini, yang juga disebut studi kepustakaan, merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti baik sebelum maupun selama penelitian berlangsung. Dalam tulisan ini akan dibahas apa yang dimaksud dengan studi kepustakaan, tujuan, sumber-sumber, hambatan, dan bagaimana melakukan studi kepustakaan.
Setelah menemukan masalah yang akan diteliti seorang peneliti akan melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penelitiannya. Salah satu diantaranya adalah melakukan studi kepustakaan, yang mungkin sudah dirintisnya ketika masih ada dalam tahap mencari masalah penelitian. Penggunaan pustaka untuk ditinjau secara singkat pada dasarnya bermanfaat menunjukkan aspek ilmiah dalam penelitian yang akan disusun. Pustaka yang digunakan idealnya adalah pustaka inti yang berkaitan dengan topik penelitian. Pustaka juga menjadi rujukan konsep yang akan diteliti.

Hampir semua penelitian memerlukan studi pustaka. Walaupun orang sering membedakan antara riset kepustakaan dan riset lapangan, keduanya tetap memerlukan penelusuran pustaka. Perbedaan utamanya hanyalah terletak pada fungsi, tujuan  dan atau kedudukan studi pustaka dalam masing-masing riset tersebut. Dalam riset pustaka, penelusuran pustaka lebih daripada sekedar melayani fungsi- fungsi  persiapan kerangka penelitian, mempertajam metodelogi  atau memperdalam kajian teoretis. Riset pustaka dapat sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya tanpa melakukan riset lapangan.
Idealnya sebuah riset profesional menggunakan kombinasi riset pustaka dan lapangan dengan penekanan pada salah satu  di antaranya. Namun ada kalanya mereka membatasi penelitian pada studi pustaka saja. Paling tidak ada tiga alasan kenapa mereka melakukan hal ini. Pertama: karena persoalan penelitian tersebut hanya bisa dijawab lewat penelitian pustaka dan mungkin tidak bisa mengharapkan datanya dari riset lapangan. Kedua: studi pustaka diperlukan sebagai satu tahap tersendiri yaitu studi pendahuluan untuk memahami gejala baru yang terjadi dalam masyarakat. Ketiga: data  pustaka tetap andal untuk menjawab persoalan penelitiannya.
Setidaknya ada empat ciri utama studi kepustakaan. Pertama: peneliti berhadapan langsung dengan teks dan data angka dan bukannya dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata berupa kejadian , orang atau benda-benda lain. Kedua, data pustaka bersifat siap pakai. Ketiga: data pustaka umumnya adalah sumber sekunder yang bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan. Keempat: kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Banyak yang menganggap bahwa riset perpustakaan identik dengan buku-buku. Anggapan ini tidak salah namun selain buku-buku ada juga data yang berupa dokumen, naskah kuno dan bahan non cetak lainnya. Jadi, perpustakaan juga menyimpan karya non cetak seperti kaset,video, microfilm, mikrofis, disket, pita magnetik, kelongsong elektronik dan lainnya.

Langkah Langkah Melakukan Riset Kepustakaan
Dalam melakukan riset kepustakaan, ada empat langkah yang biasa dilakukan.
  1. Langkah pertama adalah menyiapkan alat perlengkapan berupa pensil, pulpen dan kertas catatan.
  2. Langkah kedua adalah menyusun bibliografi kerja.
  3. Langkah ketiga yang perlu dilakukan adalah mengatur waktu penelitian.
  4. Langkah keempat itu yang perlu dilakukan adalah membaca dan membuat catatan penelitian.
Yang perlu diingat, sebuah catatan bibliografis harus memuat nama pengarang dan identitas buku lainnya.










Proposal

Pengertian Proposal

I. Definisi Proposal
Proposal adalah rencana kerja yang disusun secara sistematis dan terinci untuk suatu kegiatan yang bersifat formal. Proposal adalah suatu usulan kegiatan perlu dukungan atau persetujuan pihak lain. Proposal adalah suatu bentuk rancangan kegiatan yang dibuat dalam bentuk formal dan standar. Untuk memudahkan pengertian proposal yang dimaksud dalam tulisan ini, kita dapat membandingkannya dengan istilah “Proposal Penelitian” dalam dunia ilmiah (pendidikan) yang disusun oleh seorang peneliti atau mahasiswa yang akan membuat penelitian (skripsi, tesis, disertasi). Dalam dunia ilmiah, proposal adalah suatu rancangan desain penelitian (usulan penelitian) yang akan dilakukan oleh seorang peneliti tentang suatu bahan penelitian. Bentuk “Proposal Penelitian” ini, biasanya memiliki suatu bentuk, dengan berbagai standar tertentu seperti penggunaan bahasa, tanda baca, kutipan dll.

Proposal yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah “Proposal Umum” yang sering
digunakan sebagai usulan atau rancangan kegiatan. Bentuk proposal ini memiliki banyak kemiripan dengan model “Proposal Penelitian” yang digunakan dalam dunia ilmiah, namun karena sifatnya yang lebih umum maka “Proposal Umum” biasanya lebih lentur dalam penggunaan bahasa dan tidak terlalu kaku dalam aturan penulisan. Namun, walaupun lebih “bebas”, penulisan “Proposal Umum” tetap harus mengindahkan kaidah¬kaidah dan sistematika tertentu, agar dapat dengan mudah dimengerti oleh orang¬orang yang membaca proposal tersebut. Secara mendasar, harus di garis bawahi bahwa penulisan proposal hanya salah satu dari sekian banyak tahap perencanaan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya dalam buku ini. Penulisan proposal adalah suatu langkah penggabungan dari berbagai perencanaan yang telah dibuat dalam tahap¬tahap sebelumnya.

Pengertian dari proposal adalah sebuah tulisan yang dibuat oleh si penulis yang bertujuan untuk menjabarkan atau menjelasan sebuah tujuan kepada si pembaca (individu atau perusahaan) sehingga mereka memperoleh pemahaman mengenai tujuan tersebut lebih mendetail. Diharapkan dari proposal tersebut dapat memberikan informasi yang sedetail mungkin kepada si pembaca, sehingga akhirnya memperoleh persamaan visi, misi, dan tujuan. Ada beberapa hal yang biasanya di detailkan dalam proposal bisnis :
1. Penjabaran mendetail mengenai tujuan utama dari si penulis kepada pembacanya.
2. Penjabaran mendetail mengenai proses bagaimana mencapai tujuan si penulis kepada pembacanya.
3. Penjabaran mendetail mengenai hasil dari proses yang telah dijabarkan diatas sehingga mencapai tujuan yang diinginkan oleh si penulis dan juga si pembaca.

Hal-hal yang perlu dimuat dalam proposal antara lain :
1. nama proposal
2. pendahuluan
3. tujuan
4. bentuk/jenis kegiatan
5. pelaksanaan
6. panitia pelaksana (terlampir)
7. biaya/dana (rincian terlampir)
8. harapan
9. lampiran

Manfaat Proposal :
 Menjadi rencana yang mengarahkan panitia dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
 Menjelaskan secara tidak langsung kepada pihak-pihak yang ingin mengetahui kegiatan
tersebut.
 Untuk meyakinkan para donatur/ sponsor agar mereka memberikan dukungan material maupun finansial dalam mewujudkan kegiatan yang telah direncanakan.

II. Ciri-Ciri Proposal :
 Proposal dibuat untuk meringkas kegiatan yang akan dilakukan.
 Sebagai pemberitahuan pertama suatu kegiatan.
 Berisikan tujuan-tujuan, latar belakang acara.
 Pastinya proposal itu berupa lembaran-lembaran pemberitahuan yang telah di jilid yang nantinya diserahkan kepada si empunya acara.
 dan lain-lain yang sulit untuk dijelaskan (dicari).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat proposal :
 Penyusunan proposal hendaknya menunjuk orang atau beberapa orang yang ahli dalam menyusun proposal, sebaiknya yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan yang diselenggarakan
 Penyusun proposal mempersiapkan bahan-bahan dan informasi yang diperlukan, yaitu berupa bahan2 hasil kesepakatan seluruh panitia
 Menyusun draft proposal dengan sistematis, menarik, dan realistis
 Proposal dibicarakan dalam forum musyawarah untuk dibahas, direvisi dan disetujui.
 Dibuat proposal yang telah disempurnakan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
 Proposal diperbanyak dan didistribusikan kepada pihak-pihak yang dituju, baik internal maupun eksternal.

Jenis-Jenis Proposal
Berdasarkan bentuknya, proposal dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: proposal berbentuk formal, semiformal, dan nonformal. Proposal berbentuk formal terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1) bagian pendahuluan, yang terdiri atas: sampul dan halaman judul, surat pengantar (kata pengantar), ikhtisar, daftar isi, dan pengesahan permohonan; 2) isi proposal, terdiri atas: latar belakang, pembatasan masalah, tujuan, ruang lingkup, pemikiran dasar (anggapan dasar), metodologi, fasilitas, personalia (susunan panitia), keuntungan dan kerugian, waktu, dan biaya; 3) bagian pelengkap penutup, yang berisi daftar pustaka, lampiran, tabel, dan sebagainya. Proposal semiformal dan nonformal merupakan variasi atau bentuk lain dari bentuk proposal formal karena tidak memenuhi syarat-syarat tertentu atau tidak selengkap seperti proposal bentuk formal.

Isi Proposal
Jenis dari isi proposal ada dua, seperti yang diatas adalah isi proposal yang berbentuk kompleks, dan yang sederhana meliputi: nama kegiatan (judul), dasar pemikiran, tujuan diadakannya kegiatan, ruang lingkup, waktu dan tempat kegiatan, penyelenggara (panitia), anggaran biaya, dan penutup.

Tujuan membuat proposal
Dapat diartikan proposal merupakan suatu penjabaran peneltian, tujuan dari pembuatan proposal biasanya untuk mejabarkan penelitian yang sudah dilakukan, dapat dikatakan juga proposal merupakan suatu dokumentasi hasil penelitian.

Jenis - Jenis Proposal
Proposal Penelitian dibagi 4 yaitu :
1. Proposal Penelitian Pengembangan
Kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah aktual. Dalam hal ini, kegiatan pengembangan ditekankan pada pemanfaatan teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau temuan-temuan penelitian untuk memecahkan masalah. Skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil kerja pengembangan menuntut format dan sistematika yang berbeda dengan skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil penelitian, karena karakteristik kegiatan pengembangan dan kegiatan penelitian tersebut berbeda. Kegiatan penelitian pada dasarnya berupaya mencari jawaban terhadap suatu permasalahan, sedangkan kegiatan pengembangan berupaya menerapkan temuan atau teori untuk memecahkan suatu permasalahan.
2. Proposal Penelitian Kajian Pustaka
Telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru dan atau untuk keperluan baru. Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlukan sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang sudah ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan, atau sebagai dasar pemecahan masalah.
3. Proposal Penelitian Kualitatif
Penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Ciri-ciri penelitian kualitatif mewarnai sifat dan bentuk laporannya. Oleh karena itu, laporan penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik yang penuh keotentikan.
4. Proposal Penelitian Kuantitatif
Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.
III. Sistematika pembuatan proposal antara lain :
1. Pendahuluan
 Berisi tentang hal-hal dan kondisi umum yang melatarbelakangi dilaksanakan kegiatan tersebut.
 Hubungan kegiatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari(nyata).
 Point-point pembahasan pada pendahuluan ini, mengacu pada komponen S-W-O-T yang telah dibahas sebelumnya.
2. Dasar Pemikiran
 Berisi tentang dasar yang digunakan dalam pelaksanaan, misalnya: Tri Darma Perguruan Tinggi, program kerja pengurus dan lain-lain.
 Jika kegiatan tersebut bukan dari organisasi, maka didasarkan secara umum, misalnya : Peraturan Pemerintah No sekian.
3. Tujuan
 Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan tersebut ( umum dan khusus).
 Tentukan juga keluaran ( output ) yang dikehendaki seperti apa.
Contoh :
 Memperoleh kader-kader KMHDI.
 Memberi pengetahuan manajerial dan leadership bagi calon anggota KMHDI.
4. Tema
 Tema yang diangkat dalam kegiatan tersebut.
5. Jenis Kegiatan
 Diperlukan untuk menjelaskan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan jika kegiatannya lebih dari satu.
 Menjelaskan bentuk dari kegiatan tersebut. Misal: berupa Seminar, Pelatihan, penyampain materi secara lisan, Tanya jawab dan simulasi dll.
6. Target
 Berisi uraian yang lebih terperinci dari Tujuan (Point 3) terutama mengenai ukuran-ukuran yang digunakan sebagai penilaian tercapai atau tidaknya tujuan.
Contoh :
 Target acara ini adalah untuk mencetak minimal 25 orang pelatih KMHDI yang masing-masing diantaranya, memiliki kemampuan yang sesuai dengan standar yang Buku Pedoman Kaderisasi Jilid I KMHDI, dan setiap pelatih tersebut memiliki nilai rata-rata diatas 7 (dengan range 10) dalam setiap materi pelatihan.
7. Sasaran/Peserta
 Menjelaskan tentang objek atau siapa yang akan mengikuti kegiatan tersebut ( atau lebih kenal dengan peserta).
8. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
 Tentukan dimana, hari, tanggal, bulan, tahun serta pukul berapa akan dilaksanakan kegiatan tersebut.
9. Anggaran Dana
 Dalam anggaran disini, hanya disebutkan jumlah total pemasukan dan pengeluaran yang diperkirakan oleh panitia, sedangkan rinciannya dibuat dalam lampiran tersendiri.
10. Susunan Panitia
 Dalam halaman atau bagaian susuna panitia, biasanya hanya ditulis posisi yang penting-penting saja, seperti Pelindung Kegiatan, Ketua panitia, Streering Commite dll, sedangkan kepanitian lengkap dicantumkan dalam lampiran.
11. Jadwal Kegiatan
 Dibuat sesuai dengan perencanaan dalam kalender Kegiatan yang telah disusun sebelumnya.
 Atau bisa juga ditulis terlampir, jika jadwalnya banyak.
12. Penutup
 Berisi tentang harapan yang ingin dicapai dan mohon dukungan bagi semua pihak.
 Ditutup dengan lembar pengesahan proposal.
 Terakhir, diikuti dengan lampiran.

Prinsip, struktur, Jenis, dan macam-macam Laporan

Pengertian laporan
 
Laporan mempunyai peranan yang penting pada suatu organisasi karena dalam suatu organisasi dimana hubungan antara atasan dan bawahan merupakan bagian dari keberhasilan organisasi tersebut. Dengan adanya hubungan antara perseorangan dalam suatu organisasi baik yang berupa hubungan antara atasan dan bawahan, ataupun antara sesama karyawan yang terjalin baik maka akan bisa mewujudkan suatu sistem delegation of authority dan pertanggungjawaban akan terlaksana secara effektif dan efisien dalam organisasi.
   
Pengertian laporan adalah bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan, pada dasarnya fakta yang disajikan itu berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada si pelapor. Fakta yang disajikan merupakan bahan atau keterangan berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri oleh si pelapor (dilihat, didengar, atau dirasakan sendiri) ketika si pelapor melakukan suatu kegiatan.

Dalam pembuatan suatu laporan formal, bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang baik, jelas dan teratur. Bahasa yang baik tidak berarti bahwa laporan itu mempergunakan gaya bahasa yang penuh hiasan, melainkan dari segi sintaksis bahasanya teratur, jelas memperlihatkan hubungan yang baik antara satu kata dengan kata yang lain dan antara satu kalimat dengan kalimat lain. Penggunaan kata ganti orang pertama dan kedua harus dihindari, kecuali penggunaan kata ”kami” bila yang menyampaikan laporan adalah suatu badan atau suatu tugas.

A. Prinsip – prinsip Penulisan laporan

Laporan pada dasarnya adalah alat komunikasi juga. Supaya dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif, sebuah laporan harus memenuhi syarat–syarat berikut ini.


1. Lengkap
Artinya data dan fakta yang ada dalam laporan harus lengkap

2. Jelas
Sebuah laporan disebut jelas bila uraian dalam laporan tidak memberi peluang ditafsirkan secara berbeda oleh pembaca yang berbeda. Ini dapat dicapai bila bahasa yang digunakan benar dan komunikatif

3. Benar / akurat
Data dan fakta yang salah dapat menuntun pembaca membuat suatu keputusan yang salah. Jadi kebenaran dan keakuratan isi laporan sangat diperlukan.

4. Sistematis
Laporan harus diorganisasikan sedemikian rupa, dengan system pengkodean yang teratur, sehingga mudah dibaca dan diikuti oleh pembaca. Laporan yang sistematis juga menunjang unsur kejelasan yang sudah diciptakan oleh unsur – unsur bahasa.

5. Objektif
Penulis laporan tidak boleh memasukkan selera pribadi ke dalam laporannya. Pelapor harus bersikap netral dan memakai ukuran umum dalam minilai sesuatu.

6. Tepat waktu
Ketepatan waktu mutlak diperlukan, karena keterlambatan laporan bisa mengakibatkan keterlambatan pengambilan keputusan.

B. Jenis Laporan


Laporan dapat digolongkan menurut :

1. Maksud pelaporan
  • Laporan informativ, yaitu laporan yang dimaksudkan untuk memberi informasi dan bukan dimaksudkan untuk memberi analisis atau rekomendasi. Titik pentingnya adalah pemberian informasi yang akurat dan terinci.
  • Laporan rekomendasi, yaitu laporan yang di samping memberikan informasi juga menyertakan pendapat si pelapor, dengan maksud memberikan rekomendsasi (usul yang tidak mengikat). Meski demikian akurasi dan rincian informasi tetap diperlukan supaya rekomendasi yang diberikan juga meyakinkan.
  • Laporan analitis, yaitu laporan yang memuat sumbangan pikiran si pelapor, bisa berupa pendapat atau saran, setelah melalui analitis yang matang dan mendalam. Kebanyakan laporan akademis berada pada kategori ini.
  • Laporan Pertanggungjawaban, di mana si pelapor memberi gambaran tentang pekerjaan yang sedang dilaksanakan (Progress report) atau sudah dilaksanakan (bersifat evaluatif).
  • Laporan Kelayakan (feasibility report). Pelapor menganalisis suatu situasi atau masalah secara mendalam untuk menuju penilaian yang bersifat pilihan: layak atau tidak. Berbagai alternative dinanalisis, kemudian ditentukan mana yang lebih baik.

2. Bentuk Laporan
  • Laporan berbentuk Memo; Biasanya laporan pendek yang memuat hal – hal pokok saja, dan beredar di kalangan intern organisasi.
  • Laporan berbentuk Surat; Isinya lebih panjang daripada laporan yang berbentuk memo, sekitar tiga lembar folio. Bisa ditujukan ke luar organisasi.
  • Laporan berbentuk naskah; Laporan ini bisa panjang atau pendek. Bila panjang dibuat dalam format buku, dan dalam penyampaiannya mutlak diperlukan surat atau memo pengantar.
  • Laporan berbentuk Campuran; Laporan ini tidak lain gabungan antara bentuk naskah dengan memo atau surat. Dibuat begini karena isinya cukup kompleks sehingga harus dipadukan dengan bentuk naskah agar pengkodean bagian – baiannya lebih mudah dilakukan.
  • Laporan berbentuk formulir.
  • Laporan berbentuk buku.

3. Waktu Penyampaian
  • Laporan Insidental; Laporan ini tidak disampaikan secara rutin, hanya sekali- sekali saja dalam rangka suatu kegiatan yang tidak terjadwal tetap.
  • Laporan Periodik; Ditulis dalam suatu periode tertentu dan dinamai sesuai periodenya pula. Contoh: Laporan harian, Mingguan, Bulanan dan seterusnya.   

Sistematika laporan 
Laporan ilmiah dapat berbentuk naskah atau buku karena berisi hal-hal yang terperinci berkaitandengan data-data yang akurat dan lengkap.Laporan ilmiah atau laporan formal terdiri atas:1.bagian awal, terdiri atas :a.halaman judul:judul, maksud, tujuan penulisan, identitas penuli, intansi asal, kota penyusunan,dan tahun.b. halaman pengesahan (jika perlu)c. halaman motto/semboyan(jika perlu)d. halaman persembahan (jika perlu)e. prakataf.daftar isig.daftar tableh. daftar grafiki. daftar gambar  j.abstrak: uraian singkat tentang isi laporan2. bagian isia.bab I pendahuluan berisi tentang(1) latar belakang(2)identitas masalah(3) pembatasan masalah(4)rumusan masalah(5) tujuan dan manfaatb. bab II: kajian pustakac. Bab III:metoded. bab IV:pembahasane. bab V: penutup3. bagian akhir a. daftar pustakab.daftar lampiranc. indeks : daftar istilah
     
Jenis-jenis                                                  laporan
a. Laporan Program Kerja 
b. Laporan Ilmiah 
c. Laporan  pertanggung  jawaban
 

Tujuan Laporan 

Laporan adalah satu bentuk penyataan yang logikal dan tersusun. Ianya mengandungi bahagian-bahagian, tajuk-tajuk dan subtajuk-subtajuk. Sebab-sebab laporan ditulis; 
  • Mengenalpasti masalah 
  • Memberikan maklumat dan fakta 
  • Mencadangkan penyelesaian 
  • Mencadangkan tindakan yang perlu dilakukan 
  • Membuat kesimpulan 
  • Menilai sesuatu penyelidikan atau aktiviti 
  • Membuat rekod sesuatu peristiwa 
  • Menganalisi aktiviti perniagaan
  •  Mensintesis sesuatu pelan tindakan 
  • Menghuraikan sesuatu peristiwa, prosedur, tindakan dll. 
 Laporan boleh berbentuk pendek atau panjang dalam format informal atau formal 
 

Struktur laporan

Laporan disusun sebagai berikut:
Bab Satu memperkenalkan struktur MSR dan memberikan landasan yang bersifat konteks dan sejarah untuk laporan didasarkan.
Bab Dua memberikan rangkuman tentang kerangka analitis dan metodologi MSR.
Bab Tiga memberikan rangkuman tentang demografi kelompok-kelompok yang terkena dampak konflik, termasuk karakteristik mereka, estimasi jumlah total, dan diskusi tentang dampak konflik pada sub-populasi tertentu.
Bab Empat dilanjutkan dengan penilaian biaya total konflik, yang difokuskan pada kerusakan pada infrastruktur dan aset-aset produktif dan kerugian lainnya; kerusakan dan kehancuran rumah dan insfrastruktur produktif; kerusakan pada infrastruktur dan aset sosial (misalnya; sekolah, layanan kesehatan, tempat-tempat ibadah); dan kerusakan pada gedung-gedung dan fasilitas pemerintah setempat.
Bab Lima membahas inventarisasi bantuan reintegrasi dan bantuan pembangunan perdamaian selama ini, termasuk dukungan dan program-program badan pemerintah maupun internasional, dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang estimasi kebutuhan-kebutuhan pendanaan yang berlaku untuk merenovasi dan mengganti struktur-struktur dan aset-aset ini dan untuk mendukung upaya-upaya rekonstruksi dan rehabilitasi pada komunitas-komunitas yang terkena dampak konflik.
Bab Enam menjelaskan tentang persoalan-persoalan ekonomi dan mata pencaharian  yang berkaitan dengan konsolidasi perdamaian. Bab ini dimulai dengan pembahasan tentang bantuan yang diberikan kepada berbagai kelompok yang terkena dampak konflik dan dampaknya terhadap pemulihan ekonomi pada periode pascakonflik; menjelaskan situasi terkini kelompok-kelompok terkena dampak konflik (dalam hal pekerjaan, pendapatan dan pemulihan aset); dan selanjutnya memberikan tinjauan tentang ekonomi Aceh, membahas kemiskinan dan tren pertumbuhan di era pascakonflik, pekerjaan dan pasar kerja, dan iklim investasi
Bab Tujuh membahas faktor-faktor sosial-politik penting yang berkaitan dengan konsolidasi perdamaian. Bab ini dimulai dengan tinjauan konflik dan kekerasan di Aceh sejak penandatanganan Nota Kesepahaman pada 2005, yang diikuti dengan penilaian reintegrasi para mantan kombatan, tahanan yang telah mendapat amnesti dan para pengungsi yang telah kembali (returnees) ke dalam masyarakat. Fokusnya kemudian beralih ke persoalan-persoalan kohesi sosial, keterlibatan dan partisipasi di tingkat komunitas. Pembahasan bergeser ke persoalan-persoalan yang lebih luas yang dapat mempengaruhi proses perdamaian. Termasuk pemilihan umum dan politik elektoral, sisa struktur-struktur organisasi, dan budaya dari pemberontakan, gerakan-gerakan pemisahan di dalam provinsi, dan ketegangan-ketegangan yang belum terpecahkan mengenai redaksi kata dan pelaksanaan UUPA 2006.
Bab Delapan membahas lembaga-lembaga di tingkat provinsi dan lokal, serta struktur-struktur kelembagaan nasional yang diterapkan untuk menangani reintegrasi dan proses pembangunan perdamaian. Bab ini mencakup pertimbangan terhadap arus pendapatan pasca-MoU dan tinjauan tentang langkah-langkah yang dilakukan untuk menangani lonjakan anggaran pemerintah. Peranan badan-badan internasional dan para pemimpin Aceh serta lembaga-lembaga Aceh di dalam proses reintegrasi dan pembangunan perdamaian juga dibahas.
Bab Sembilan menyediakan ringkasan tentang temuan-temuan dan kesimpulan-kesimpulan MSR, dan memberikan sejumlah rekomendasi  untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan serta memperkuat dan memperdalam proses pembangunan perdamaian di Aceh.